Sobat-sobatku punya ilmu jangan cuma diumpetin, dibagi dooong! jangan pelit gitu ah!! Yuk berbagi… meski baru sedikit ilmu yang kita miliki, ga ada salahnya kan kita bagi. Malah saya pikir rugi kalau ga dibagi. Tentunya ilmu yang kita bagi merupakan ilmu yang bermanfaat dan menuju kepada kebaikan. Kalo ilmu nyuri ayam tetangga mah jangan dibagi, mending ke laot aje lho!! Hahaha… “Sampaikanlah kebaikan itu, walaupun hanya satu ayat” (Al-hadist). Menyampaikan ilmu itu bukankah juga sebagai suatu kebaikan, ya kan? Ilmu pengetahuan kalau dibagi tidak akan berkurang kan? Jadi mending disebar luaskan aja. Dan kalau penyebaran ilmu kita niatkan sebagai sebuah amal ibadah, waw!! Allah akan membalas kita sepuluh kali lipat dari apa yang sudah kita berikan. Dalam surat al-An'am ayat 160, Allah berfirman: "Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya".
Selain dilipatgandakan, amal yang kita dapatkan tidak akan terputus meskipun kita meninggal seperti dalam hadits berikut : Dari Abu Hurairah RA, bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW, telah bersabda : "Bila seorang hamba telah meninggal, segala amalnya terputus, kecuali tiga hal : amal jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendo'akannya" (HR. Bukhari, dalam Adabul Mufrad). Asik ga tuh….pengen dong, kita dah meningggal, pahalanya masih mengalir terus, dengan catatan kita ikhlas semata-mata karena Allah dan juga masih ada orang yang menggunakan ilmu yang telah kita sampaikan.
Ilmu yang bermanfaat itu kaya apa sih ? Dari tadi ngomong ilmu yang bermanfaat, tapi belum ada spesifikasinya ? Gimana neh ? Yoha, bro ! tenang saja masih belum selesai ko…
Begini, akan saya coba beri sedikit gambaran. Ilmu akan disebut bermanfaat manakala ilmu tersebut mengandung kebaikan ( maslahat ) dan memiliki nilai-nilai positif bagi sesame manusia serta alam dan juga menjadikan diri lebih mendekatkan diri kepada Allah. Seperti yang telah dijelaskan oleh Imam Malik bin Anas RA (wafat 179 H) Ia berkata, "Yang disebut ilmu bermanfaat itu bukanlah kepandaian atau banyak meriwayatkan sesuatu (hadis), melainkan nur (cahaya) Allah yang Mahasuci yang dimasukkan ke dalam hati manusia, yang selalu menerangi pemiliknya dalam setiap saat, baik dalam keadaan jelas (zhahir) atau tersembunyi (khali)."
Dengan ilmu neh, derajat kita juga akan terangkat bro. Dengan ilmu terbukalah tabir kegelapan dan cahaya terang menyelimuti kehidupan kita. Cie ileh…..hemmm…… Allah berfirman dalam Al-Qur’an "Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu di antara kalian dengan beberapa derajat." (QS Al-Mujadilah [58]: 11 ) nah, ya kan ? Bener ga ? Yupz…!
Bagaimana neh agar kita mendapatkan ilmu yang dapat menerangi hati kita dari kegelapan ? dan supaya ilmu yang kita tularkan benar-benar bermanfaat bagi umat manusia dan diri kita sendiri ?
Agar ilmu yang kita miliki bermanfaat maka kita harus tahu juga ciri-ciri ilmu yang mempunyai manfaat. Apa aja neh bro….? saya dapat dari http://www.mail-archive.com/daarut-tauhiid@yahoogroups.com/msg05106.html yang Ditulis pada Juli 17, 2008 oleh aboezaid, sebagai berikut :
Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas dijelaskan bahwa ilmu yang bermanfaat dapat diketahui dengan melihat kepada pemilik ilmu tersebut. Di antara tanda-tandanya adalah:
[1]. Orang yang bermanfaat ilmunya tidak peduli terhadap keadaan dan kedudukan dirinya serta hati mereka membenci pujian dari manusia, tidak menganggap dirinya suci, dan tidak sombong terhadap orang lain dengan ilmu yang dimilikinya.Imam al-Hasan al-Bashri (wafat th. 110 H) rahimahullaah mengatakan, “Orang yang faqih hanyalah orang yang zuhud terhadap dunia, sangat mengharapkan kehidupan akhirat, mengetahui agamanya, dan rajin dalam beribadah.Dalam riwayat lain beliau berkata, “Ia tidak iri terhadap orang yang berada di atasnya, tidak sombong terhadap orang yang berada di bawahnya, dan tidak mengambil imbalan dari ilmu yang telah Allah Ta’ala ajarkan kepadanya. [1]
[2]. Pemilik ilmu yang bermanfaat, apabila ilmunya bertambah, bertambah pula sikap tawadhu’, rasa takut, kehinaan, dan ketundukannya di hadapan Allah Ta’ala.
[3]. Ilmu yang bermanfaat mengajak pemiliknya lari dari dunia. Yang paling besar adalah kedudukan, ketenaran, dan pujian. Menjauhi hal itu dan bersungguh-sungguh dalam menjauhkannya, maka hal itu adalah tanda ilmu yang bermanfaat.
[4]. Pemilik ilmu ini tidak mengaku-ngaku memiliki ilmu dan tidak berbangga dengannya terhadap seorang pun. Ia tidak menisbatkan kebodohan kepada seorang pun, kecuali seseorang yang jelas-jelas menyalahi Sunnah dan Ahlus Sunnah. Ia marah kepadanya karena Allah Ta’ala semata, bukan karena pribadinya, tidak pula bermaksud meninggikan kedudukan dirinya sendiri di atas seorang pun. [2] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H) rahimahullaah membagi ilmu yang bermanfaat ini -yang merupakan tiang dan asas dari hikmah- menjadi tiga bagian. Beliau rahimahullaah berkata, “Ilmu yang terpuji, yang ditunjukkan oleh Al-Kitab dan As-Sunnah adalah ilmu yang diwariskan dari para Nabi, sebagaimana disabdakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. “Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan mereka tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Mereka hanyalah mewariskan ilmu. Siapa yang
mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak. [3]
Ilmu Ini Ada Tiga Macam:
[1]. Ilmu tentang Allah, Nama-Nama, dan sifat-sifat-Nya serta hal-hal yang
berkaitan dengannya. Contohnya adalah sebagaimana Allah menurunkan surat
al-Ikhlaash, ayat Kursi, dan sebagainya.
[2]. Ilmu mengenai berita dari Allah tentang hal-hal yang telah terjadi dan
akan terjadi di masa datang serta yang sedang terjadi. Contohnya adalah Allah
menurunkan ayat-ayat tentang kisah, janji, ancaman, sifat Surga, sifat Neraka,
dan sebagainya.
[3]. Ilmu mengenai perintah Allah yang berkaitan dengan hati dan perbuatan-perbuatan anggota tubuh, seperti beriman kepada Allah, ilmu pengetahuan tentang hati dan kondisinya, serta perkataan dan perbuatan anggota badan. Dan hal ini masuk di dalamnya ilmu tentang dasar-dasar keimanan dan tentang kaidah-kaidah Islam dan masuk di dalamnya ilmu yang membahas tentang perkataan dan perbuatan-perbuatan yang jelas, seperti ilmu-ilmu fiqih yang membahas tentang hukum amal perbuatan. Dan hal itu merupakan bagian dari ilmu agama. [4] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H) rahimahullaah juga berkata, “Telah berkata Yahya bin ‘Ammar (wafat th. 422 H), ‘Ilmu itu ada lima:
(1). Ilmu yang merupakan kehidupan bagi agama, yaitu ilmu tauhid
(2). Ilmu yang merupakan santapan agama, yaitu ilmu tentang mempelajari
makna-makna Al-Qur-an dan hadits
(3). Ilmu yang merupakan obat agama, yaitu ilmu fatwa. Apabila suatu musibah
(malapetaka) datang kepada seorang hamba, ia membutuhkan orang yang
Mampu menyembuhkannya dari musibah itu, sebagaimana dikatakan oleh
Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu.
(4). Ilmu yang merupakan penyakit agama, yaitu ilmu kalam dan bid’ah, dan
(5). Ilmu yang merupakan kebinasaan bagi agama, yaitu ilmu sihir dan yang
sepertinya.’ [5]
[Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M. Disalin dari www.almanhaj.or.id]
___________
Foote Notes
[1]. Sunan ad-Darimi (I/89)
[2]. Disarikan dari kitab Fadhlu ‘Ilmi Salaf ‘alal Khalaf (hal. 55-57).
[3]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (II/252, 325), Abu Dawud (no.
3641), at-Tirmidzi (no. 2682), Ibnu Majah (no. 223), dan Ibnu Hibban (no.
80-Mawaarid), ini lafazh Ahmad, dari Shahabat Abu Darda’ radhiyallaahu ‘anhu.
[4]. Majmu’ Fataawaa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (XI/396,397 dengan sedikit
Wallahu a‘lam bishshowab
Ya Allah masukkan aku dalam golongan orang yang Engkau anugrahi rasa rendah hati, terhindar dari segala kesombongan dan berbagai penyakit hati. Janganlah jadikan hamba sebagai orang yang fasik dan selalu berbuat tercela. Jadikanlah hamba orang yang bermanfaat bagi orang lain dan hindarkan hamba dari sifat sombong.
Wassalamualaikum Wr Wb
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan menuliskan komentar anda pada opsi Google/Blogger untuk anda yang memiliki akun Google/Blogger.
Silahkan pilih account yang sesuai dengan blog/website anda (LiveJournal, WordPress, TypePad, AIM).
Pada opsi OpenID silahkan masukkan URL blog/website anda pada kotak yang tersedia.
Atau anda bisa memilih opsi Nama/URL, lalu tulis nama anda dan URL blog/website anda pada kotak yang tersedia.
Jika anda tidak punya blog/website, kolom URL boleh dikosongi.
Gunakan opsi 'Anonim' jika anda tidak ingin mempublikasikan data anda. (sangat tidak disarankan). Jika komentar anda berupa pertanyaan, maka jika anda menggunakan opsi ini tidak akan ditanggapi. :-)